Senin, 29 Oktober 2012

Naruto, Gue

Gue pertama kali mendengar nama Naruto ketika serialnya sedang diiklankan di stasiun yang menayangkannya. Gue masih kelas 6 SD saat itu. Waktu itu gue nggak tertarik, soalnya di akhir iklan, orang yang ‘promosiin’ ngomong gini “saksikan terus perjuangan naruto, si bocah serigala berekor sembilan”. Gue pikir, “apaan tuh? Aneh banget nih serial. Mana ada bocah serigala. Dan mana ada serigala ekor sembilan?!”
Sampai akhirnya sepupu gue, Bagas, maen ke rumah. Terus menjelang magrib dia mindahin channel ke channel yang kebetulan banget lagi nayangin Naruto. Dalam hati gue ngomong “yaaah! Kenapa harus ini?!” Tapi semua itu berubah ketika negara api menyerang. LHO?! Bukan! Bukaan! Semua anggapan negatif itu berubah ketika gue melihat Kakashi Hatake, guru Naruto yang.... demibumidemilangit cool bingiiiit! Ditambah adanya si Uchiha Sasuke, temen Naruto yang kerennya ampun-ampunan. Waktu itu, kalau nggak inget ada Bagas, mungkin gue udah mimisan ngeliatin cogan-cogan berkeliaran di tv.
Akhirnya sejak hari itu menjelang magrib gue nggak pernah absen nonton Naruto. Sekalinya nggak nonton tuh rasanya kayak nggak make sempak seharian -__- tapi emang bener lho! Dan waktu gue pernah bertempur (?) ama nyokap dan sebagai hukuman gue nggak boleh nonton Naruto 1 minggu, gue nangis. Beneran lho nangis! Kejer malah, sampai nggak mau keluar dari kamar. Dan mungkin karena nyokap khawatir, dia ngetok-ngetok kamar gue, terus bilang,”Kakak boleh deh nonton Naruto, tapi jangan diulang lagi ya..” Huakakakakakakak. Kalau gue yang sekarang inget kejadian itu tuh rasanya kok gue lebay banget ya?
Gara-gara nonton Naruto, gue jadi ketagihan beli manga-nya. Manga Naruto yang pertama gue beli adalah volume 5 dan 6. Dalam volume itu diceritain Naruto dan kawan-kawannya baru menyelesaikan misi dan bakalan ikut ujian chuunin (ujian tingkat ninja, kalau di dunia manusia itu kayak tingkat SD ke SMP)
Nggak kerasa, gue masih baca dan juga nonton Naruto sampai sekarang, sampai gue kelas 2 SMA. Dan rasa fanatik itu masih terasa segar seperti pertama kali gue memutuskan untuk tergila-gila sama karya Masashi Kishimoto itu. Peduli setan ah orang-orang pada bilang “Ah Naruto basi!” “Ah males gue nungguin chapter baru keluarnya lama!” “Ah bosen ama ceritanya, mending baca manga laen!”... Mendengar itu, dalam hati gue tereak GUE TETEP SETIAAAA!
Gue rasa ini nggak berlebihan. Gue rasa fanatisme Naruto gue sama kayak fanatisme Belieber ke Justin, Directioners ke One Direction, atau ELF ke Super Junior.
Membaca Naruto bikin gue secara nggak sadar mengerti arti keberadaan seseorang, seremeh apapun dia, termasuk cara menghargainya. Baca komik ini bikin gue semangat buat bangkit kalau misalnya lagi ngedown. Nggak hanya itu banyak kata-kata dari manga ini yang kalau bisa di-retweet jumlahnya ratusan. Dan sekali lagi, tanpa sadar, Naruto bukan sekedar manga yang nongkrong di rak buku gue, bukan lagi serial yang tayang di Tv, atau games di Playstation.. Bagi gue Naruto itu adalah bagian dari gue. Hem... mungkin bisa dibilang dia itu stimulan yang bikin gue semangat untuk jadi lebih baik dan terus terus terus lebih baik lagi. Masashi Kishimoto sangat hebat karena menciptakan tokoh seperti dia.
Shikamaru pernah berkata (kalau nggak salah, lupa-lupa inget nih!),”tapi kalau bersama dia (Naruto), aku jadi ingin melangkah bersamanya.”
Yah, the story of Naruto will eventually end. But I know his spirit will always walk with me forward.
So, buat fens-fens Naruto yang sudah kehilangan semangat masa muda!! Tetap suka dan tetap menunggu chapter-chapter baru dari komik ini! Karena gue yakin Naruto bukan sekedar bahan bacaan, tapi juga media spiritual yang asik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar